Tarbawia.net -- Kendala jarak dan kendaraan sering dijadikan alasan bagi sebagian orang untuk mengeluh lalu menyerah. Seolah-olah logis, alam yang sejatinya karunia Tuhan ini kerap kali dijadikan kambing hitam.
Namun tidak demikian yang dilakukan Penyuluh Agama Islam Fungsional di Kalimantan Selatan, Khairunnisa. Nisa yang kini bertugas di Banjarmasin Timur mengenang perjuangannya saat pertama kali menjadi penyuluh di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
"Selama di Hulu Sungai Tengah tantangannya kalau mengadakan penyuluhan tempatnya jauh dari satu tempat ke tempat lain. Belum punya motor," kata Khairunnisa kepada Bimas Islam, Selasa (16/2/21).
Meski tak punya kendaraan, Nisa yang empat tahun menjalankan amanah sebagai Penyuluh di Hulu Sungai Tengah ini tak kehilangan cara agar sampai ke lokasi binaan.
"Saya naik angkutan pedesaan. Tapi angkutan pedesaan hanya ada di hari-hari tertentu. Jika tidak ada angkutan pedesaan, saya menumpang ke penduduk yang lewat," tambah Nisa.
Dengan beragam cara, Nisa akhirnya sampai di lokasi binaan. Sayangnya, saat tiba di lokasi, warga tidak selalu mau berkumpul untuk dibina.
"Ada daerah pegunungan di Hulu Sungai Tengah. Tempatnya juga jauh-jauh. Susah mengumpulkan masyarakat karena mereka bekerja," ungkapnya, mengenang.
Alhasil, Nisa melakukan inovasi. Ia melakukan penyuluhan di hari-hari tertentu.
"Penyuluhan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti mengadakan kegiatan baca Surat Ya Siin dan doa bersama," tambahnya.
Sebagian besar masyarakat di daerah binaan Nisa bekerja sebagai petani. Akibatnya, tak ada satu pun yang ikut penyuluhan saat musim panen.
"Kalau musim panen, penyuluhan libur karena masyarakat di sawah," pungkas Nisa.
Setelah empat tahun di Hulu Sungai Tengah, Nisa mengajukan pindah ke Banjarmasin. Orang tua Nisa di Banjarmasin sakit dan butuh perawatan. Ajuannya diterima. Nisa dipindah ke Banjarmasin Selatan kemudian di Banjarmasin Timur. [Pirman]
EmoticonEmoticon