Hadapi Corona dengan Cengengesan
Oleh: Nadeem*
Heboh Corona, pasca positifnya 2 orang warga Depok dinyatakan terkena Covid-19 pada hari Senin (2 Maret) kemarin menjalar ke seluruh Indonesia.
Setelah 'lompat pagar' dari Singapura, Malaysia, Vietnam, kemudian menjangkiti Australia dan Selandia Baru, virus Corona kali ini benar-benar masuk ke Indonesia. Hampir semua media massa menjadikannya headline hingga hari ini (Rabu, 4 Maret). Virus Corona kali ini benar-benar menjadi pusat perhatian masyarakat.
Panik, tentu saja. Kepanikan yang justru kemudian disikapi dengan aksi borong (panic buying) bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari di supermarket dan pasar oleh sebagian masyarakat yang memiliki uang belanja lebih. Sementara masyarakat yang uang belanja pas-pasan hanya bisa pasrah dan berharap semoga masih ada sisa bahan makanan yang bisa dibeli oleh mereka dari pedagang, dengan harga yang normal.
Seolah negeri ini akan berubah menjadi Wuhan di beberapa hari ke depan, masyarakat yang melakukan panic buying seperti tak memikirkan nasib masyarakat yang lain, yang tak seberuntung mereka yang memiliki uang belanja lebih; yang penting keluarga saya selamat dan tercukupi. Keluarga kalian mau kelaparan atau mati karena Corona bukan urusan saya. Miris!
Sikap dan aksi seperti ini kemudian dibaca secara 'jeli' oleh para pedagang nakal dengan menahan barangnya agar bisa dijual dengan harga berkali-kali lipat. Kebiasaan 'biadab' pasar yang selalu memanfaatkan kesedihan dan ketakutan masyarakat untuk keuntungan pribadi.
Iya, kelangkaan bahan kebutuhan sehari-hari dan melambungnya harga-harga kebutuhan pokok mulai dikeluhkan oleh masyarakat di beberapa daerah hari ini. Menyusul kelangkaan masker yang lebih dulu, kemudian 'ganti harga' dengan kenaikan gila-gilaan. Bahkan, masker jenis tertentu, seperti N95, yang sebelumnya harga 1 box tak lebih dari Rp.100 ribu, kini dijual dengan kisaran harga di atas Rp.2 jutaan. Gila!
Di sisi lain, pemerintah agak sedikit 'santuy' (santai) menghadapi masuknya virus Corona ini. Hal ini tergambar saat Menteri Kesehatan, dr. Terawan Agus Putranto menggelar konferensi pers di Kementerian Kesehatan pada Senin (2 Maret 2020) lalu. Pak Menkes justru banyak tertawa dan bercanda, bahkan terkesan cengengesan, saat menjawab pertanyaan wartawan dan menyampaikan pernyataan resmi pemerintah terkait dengan masuknya virus Corona ke Indonesia yang ditandai dengan positifnya 2 orang suspect Corona di Depok.
Mungkin, memang karakter pak Menkes yang suka guyon. Jangan disalahkan. Karena, bisa jadi beliau cengengesan begitu karena ingin meredakan ketegangan dan kepanikan rakyat atas virus Corona, petugas medis yang tengah menangani korban Corona atau bahkan dirinya sendiri.
Tapi sebagai pejabat publik seharusnya beliau sedikit menjaga 'attitude' saat menyampaikan pernyataan resmi pemerintah. Hal yang lazim dilalukan oleh pejabat publik di seluruh dunia.
Karena saat menyampaikan pernyataan resmi, sang pejabat publik menjadi sorotan mata dari seluruh dunia, bukan hanya di dalam negerinya saja. Apa jadinya jika kemudian oleh pihak asing, pemerintah dianggap kurang serius menangani wabah virus corona, setelah sebelumnya dicap tidak bisa mendiagnosa wabah corona.
Sebagai warga negara dari bangsa yang besar, tentu kita tidak ingin kehilangan marwah bangsa, dihina bangsa lain, akibat cengengesan pejabatnya saat menanggapi wabah virus yang serius.
Cukup rakyat kehilangan masker di pasaran, terancam kehilangan kebutuhan pokok di pedagang, kehilangan uang karena dikorupsi, kehilangan Eddi Tansil, kehilangan Harun Masiku. Namun jangan sampai rakyat juga kehilangan marwah sebagai bangsa yang besar.
*Penulis adalah mantan marbot masjid
Advertisement
EmoticonEmoticon