BENCANA ITU PASTI TIBA
SISTEM RIBAWI AKUT YANG MENGUNDANGNYA
1. Banjir di Jakarta, bencana asap di Kalimantan dan Sumatera, semua berasal karena tanah yang telah dijadikan media/ instrumen penawar racun sistem ribawi.. Orang-orang kaya membeli tanah dengan harga murah, menyimpannya dalam jangka waktu 5-10 tahun lalu menjualnya dengan harga yang berkali-kali lipat.
Padahal mestinya harganya tetap, karena tanah itu bukan manusia yang buat. Tak satupun manusia yang bisa membuat tanah, tak ada proses produksi untuk membuat tanah.
2. Para orang kaya melakukan itu ada sebabnya. Karena ada perampok tersistem (tuyul) yang namanya inflasi. Inflasi adalah menurunnya nilai tukar uang terhadap barang. Tahun 2019 kita bekerja mati-matian, sehingga bisa menabung sebesar Rp 1 juta, lalu kita simpan. Tahun depan uang simpanan kita berkurang niali tukarnya minimal 10% atau Rp 100 ribu. Yang semula Rp 1 juta, sisa Rp 900.000. Itu baru setahun. Angkanya sama, nilainya berbeda. Uang kertas yang kita simpan itu dilengkapi dengan tuyul-tuyul sakti yang cerdas.
3. Inflasi terjadi karena sistem keuangan kita menerapkan sistem riba yang beracun. Alat tukar bisa dicetak seenaknya oleh bank-bank komersial dalam bentuk angka-angka digital dan dipinjamkan dengan pengembalian berlipat. Pemerintah meminjam uang dari masyarakat/lembaga keuangan dalam bentuk obligasi dengan pengembalian yang bertambah (berbunga). Lembaga keuangan meminjam uang dari Pemerintah juga dengan iming-iming uangnya bertambah (ber-bunga). Saling meracuni.
Lembaga keuangan memberi pinjaman kepada masyarakat dengan iming-iming uang bertambah (ber-bunga). Masyarakat memberi pinjaman uang kepada lembaga keuangan (deposito) dengan harapan uangnya bertambah (ber-bunga). Lalu pemerintah meminjam lagi dengan negara lain sementara negara lain mau meminjamkan karena iming-iming uangnya bertambah (ber-bunga).
4. Semua uang yang diputar untuk saling pinjam-meminjam ini akan hilang nilainya minimal 10% setahun karena adanya tuyul inflasi. Makanya nilai bunga pinjaman haruslah berada di atas angka inflasi.
5. Pemerintah akhirnya kesulitan membayar hutang karena uang pinjamannya terus berbunga dan nilai tukarnya di dalam negeri turun terus karena inflasi. Beban hutang ini tak akan pernah selesai sampai kapanpun juga. Karena tak punya uang, lalu negara menarik uang secara paksa kepada rakyat. Namanya pajak. Yang tak bayar pajak, dihukum penjara.
6. Uang bayar pajak digunakan negara untuk membayar cicilan hutang plus bunganya. Cicilan pinjamannya harus dibayar dalam dengan nilai dollar. Hal ini menguras keuangan negara. Uang hasil pajak mestinya digunakan untuk kesejahteraan, akhirnya hanya buat bayar cicilan utang
7. Uang hasil kerja rakyat semakin berkurang. Yang pertama karena ada tuyul yang namanya inflasi. Kedua, harus diserahkan kepada negara dalam bentuk pajak untuk membayar pengembalian uang pinjaman yang telah berbunga-bunga (bertambah otomatis tanpa kerja) kepada lembaga keuangan yang memberi pinjaman (imf, world bank, dsb)
8. Pinjaman uang harus berupa uang yang namanya dollar. Begitu aturannya. Bentuknya hanya kertas. Dan boleh diprint sesuka hati oleh pemilik bank federal AS tanpa perlu ada jaminan emas.
9. Orang kaya itu orang pintar. Ia menyelamatkan uang hasil kerja kerasnya dengan menjadi pemilik bank juga. Makanya hampir sebagaian besar orang kaya di Indonesia membuat bank. Di bank itu ia mempertahankan nilai uangnya. Sebagian lagi menyelamatkan nilai uangnya dengan tanah. Sementara orang miskin karena tak tahu sistem ini, semakin miskin. nasib-nasib.
10. Tanah yang dibeli hari ini harus lebih mahal jika dijual di masa yang akan datang. Harus berlipat-lipat. Kalau gak gitu, tak ada uang yang bisa bayar hutang yang ia pinjam dari lembaga keuangan.
11. Supaya harganya naik, negara membangunkan infrastruktur di tanah-tanah milik orang kaya. Dan tanah-tanah milik orang kaya itu sekonyong-konyong naik berlipat-lipat. Orang biasa tak bisa membelinya lagi. Lalu tinggal dipinggiran. Sementara hanya orang kaya yang bisa tinggal di jalan-jalan besar.
12. Tanah-tanah itu lalu dijadikan jaminan lagi ke lembaga keuangan. Dengan potensi pinjaman yang jauh berlipat-lipat.
13. Maka jangan pernah berharap, negara akan mampu membuat penghijauan agar bisa menyerap hujan yang datang. Itu mustahil. Memberi tempat tinggal buat manusia saja sudah mustahil apalagi untuk pohon. Karena harga tanah di kota besar seperti di Jakarta sudah super mahal. Makanya saat hujan datang, banjir melanda. Karena tak ada tanah yang bisa ditanami pohon lagi di sana. Tanah sudah dikuasai orang kaya. Begitu seterusnya.
Sementara yang agak murah juga sudah dikuasai orang kaya untuk disimpan selama beberapa puluh tahun lalu dijual kemudian. Luas tanah di kalbar misalnya 14 juta hektar. 5 juta hektarnya dikuasai oleh 6 perusahaan sawit, 5 juta hektarnya dikuasai oleh 700an pengusaha tambang. Pohon-pohon di atasnya sudah habis semua. Sisanya dihatus dibeli dengan harga mahal oleh penduduknya.
Tak ada pohon lagi di atas jutaan hektar tanah itu, sudah diganti pohon tunggal untuk menaikan nilai jual tanah. Tak ada lagi yang bisa menahan jika hujan deras datang. Kita tinggal menunggu saja kapan bencana banjir tiba menghampiri rumah-rumah kita.
14. Mereka yang ingin kaya dengan cara jahat, juga memutar akal agar bisa menyelamatkan nilai uang. Dibuatlah benda-benda sederhana dari bahan yang murah agar bisa dijual dengan harga yang teramat mahal. Jadilah narkoba. Narkoba dijual dengan sangat mahal kepada orang-orang orang kaya yang bodoh karena memghamba pada kesenangan nafsu.
15. Ada juga yang kemudian menjualbelikan manusia lewat bisnis prostitusi. Yang membeli dan menjualnya juga orang kaya.
16. Juga berbagai bentuk perjudian, termasuk jual beli forex, investasi bodong, perampokan, korupsi, manipulasi (misal jiwa sraya, blbi. Dsb) dsb. Pelakunya juga orang kaya.
17. Narkoba di bayar mahal, syahwat manusia dibayar mahal, angka-angka digital di layar laptop dibayar mahal, pengusaha dan pejabat manipulatif dipelihara, padahal semuanya tak memberi pertambahan nilai. Tak ada kreativitas, tak ada penyerapan tenaga kerja, tak memberikan peluang bagi manusia untuk mencari nafkah. Semua hanya ilusi, bukan barang yang nyata.
18. Sistem Riba memicu spekulan tanah. Juga menyuburkan para pengusaha jahat lewat bisnis narkoba, perdagangan manusia, dan tindakan kriminal.
19. Lalu semua akan berujung pada bencana karena memang begitulah cara Allah memusnahkannya. Dan rakyat kecil yang miskin, yang tak ikut-ikutan dalam sistem ribawi terpaksa harus terseret-seret pula dalam penderitaan karena harus menerima dampak bencana.
20. Bencana itu pasti tiba, hanya bentuknya saja yang berbeda-beda. Karena sistem dzolim yang dibuat oleh manusia dan di sahkan penguasa.
21. Berfirman Allah dalam Al Quran bahwa Allahlah yang akan memusnahkan RIBA (Al Baqarah: 275-276). Sebuah pemusnahan yang tak terjadi sekonyong-konyong. Tapi tersistem. Sistem yang rumit. Lebih rumit dari sistem ribawi yang dibangun manusia. Tapi pemusnahan pelaku riba itu pasti akan datang dan berdampak kepada orang-orang yang tidak melakukannya. Maka membiarkannya adalah salah.
22. Saatnya sadar, tobat, lalu mejauhinya.
23. Yang karena terpaksa lalu sedang terjerat riba mari berjuang bersama-sama untuk melunasinya :-) Karena sedikit banyak sesungguhnya kita terlibat pula untuk mengundang datangnya bencana.
24. Bagi para negarawan dan politisi negeri ini, ayo berbuat dengan lebih gagah berani. Ganti sistem ekonomi ribawi dengan sistem yang lebih fair dan adil, hapus sistem ribawi yang akan terus mengundang bencana di negeri ini. Tak usah hutang lagi dengan negara lain.
Ambil semua emas dan kekayaan alam, bangun pusat-pusat produksi pangan, pusat produksi alat kesehatan dan obat2an, serta alat perang untuk pertahanan. Sediakan tanah untuk kehidupan manusia dan pepohonan. Kita pasti bisa hidup lebih sejahtera.
Pontianak, 3.1.2020
Beni Sulastiyo
Advertisement
EmoticonEmoticon