Setan mana yang merasuki pimpinan dan rektorat UGM? Afi Nihayah Faradisa, si gadis plagiat diberi panggung. Tsamara Amani pendukung permanen Jokowi Ahok digelari karpet merah.
Sebaliknya, iblis mana yang merasuki UGM, Sudirman Said ditolak. Fahri Hamzah diusir. Ustadz Abdul Somad dibatalkan. Rocky Gerung pun tidak diterima!
Kampus Pancasila konon, tapi intoleran. Ilmiah katanya, tapi menutup pintu dialog dan diskusi. Kenapa UGM enggan berdialog? Kenapa UGM menolak orang-orang yang berseberangan dengan rezim? Apakah UGM sudah berubah menjadi bemper serangan otak terhadap Jokowi?
Ketika kampus terkemuka sudah partisan. Ketika masyarakat ilmiah sudah menyingkirkan nalar, maka kabarkanlah kematian kepada masyarakat. Kita naikkan bendera setengah tiang, atas perubahan nama Universitas Gajah Mada menjadi Universitas Gajah Mati!
Tapi, saya gak yakin kalau UGM sudah benar-benar mati nalar. Mungkin masih koma, semusim dengan keberadaan rezim saat ini.
Maka, saran saya, kalau memang pimpinan UGM mendapati ada ketidaksesuaian pada Ustadz Abdul Shomad, ajak dia mengaji bareng, agar ketidaksesuaian menurut UGM tersebut bisa diluruskan.
Kalau tidak setuju dengan isi kepala Rocky Gerung dan Fahri Hamzah, ajak dua orang ini berdialog hingga berdarah otak masing-masing. Agar pikiran yang tidak disetujui UGM tersebut, bisa diketahui publik.
Agar kekonyolan kekonyolan yang dipertontonkan UGM akhir-akhir ini tidak mengundang celaan kuda-kuda penarik pedati di sepanjang jalanan Jogja. [Ustadz Abrar Rifai]
Advertisement
1 komentar:
Ini media provokator,isinya caci maki gak punya etika
EmoticonEmoticon