Gak ada sama sekali raut kesedihan saat kami mengunjungi mereka. Yang nampak jelas justru keikhlasan menerima kondisi yang serba terbatas itu.
Tapi justru, senyum tegar merekalah yang menghentak kami. Meluluhkan semua ego. Senyum itu seperti menampar kami yang selama ini abai kurang peduli. Astaghfirullah.
Betapa tidak, sembari mengaduk-aduk nasi yang sedang diliwet, mereka bercanda dan tertawa.
Saat kami tanya lauknya apa, mereka menunjukan sebuah wajan penuh kangkung yang diberi air dengan tambahan sedikit garam.
"Ini kang, ngeunah (enak) lah pokoknya mah!", kata mereka tertawa.
Ya, mereka tahu betul cara bersyukur. Beras yang ada dihemat, karena bulan depan belum tentu kiriman dari rumah datang tepat.
Sahabat mau bantu kami kan? menyiapkan beras untuk para santri, minimal Rp100.000 untuk mereka bertahan sebulan.
Gak kebayang deh fadilahnya sebesar apa kalau kita membantu kebutuhan pangan para calon ulama.
Untuk kemudahan donasi, silakan klik: Gerakan Donasi Beras [DST]
Advertisement
EmoticonEmoticon