KISAH CINTA "THE REAL SANTRI"
Oleh: Ust. Miftah el-Banjary
Santri juga manusia. Tentu, santri juga punya cinta. Tapi meski demikian, kisah cinta para santri adalah kisah cinta nan suci dan terjaga.
Para santri tidak mengenal hubungan cinta diluar batas aturan mainnya yang sering diistilahkan oleh anak muda dengan istilah hubungan asmara, baik itu istilahnya "pacaran Islami" atau versi "pacaran biasa".
Sekiranya pun ada perasaan suka pada lawan jenis itu memang lumrah, fitrah, namun tetap berbatas dan beretika.
Di pesantren, para santri dididik dan diajarkan adab dan akhlak mulia dalam bergaul. Salah satunya, tidak berani menatap perempuan selain muhrim, kecuali menundukkan pandangan atau mengalihkan pandangan.
Sekalipun muncul rasa suka, hal yang paling bisa dilakukan hanya memendam rasa atau menyimpan gambar atau foto si doi, jika ada, itu pun sangat berhati-hati menyimpannya, khawatir ketahuan. Cukup memandang fotonya sudah cukup mengobati rasa kantuk dan malas belajar. Itu kata para anak santri yang lagi kasmaran.
Di pondok- pondok pesantren tidak akan ditemukan ruang belajar yang bercampur baur antara santri dan santriwati secara bebas seperti di sekolah-sekolah umum. Jaraknya kelasnya berjauhan, bahkan kadang berjarak ratusan kilometer yang tak saling terhubung.
Jadi, bisa menyaksikan para santriwati dari kejauhan saja atau kebetulan berpapasan tanpa sengaja saja, sudah merupakan kebanggaan tersendiri dan kabar menghebohkan jika diceritakan dengan sesama anak santri di asrama. Obrolannya bisa awet berminggu-minggu.
Paling banter, kisah cinta anak santri hanya lewat surat menyurat yang dititipkan atau diselipkan di tempat yang memungkinkan saling berbalas, itu pun bakal panas dingin, deg-degan, jika berjanji ingin ketemu, pada akhirnya dibatalkan, sebab ada pengawas yang senantiasa memantau dan mengawasi.
Jadi, tidak ada istilah, santri itu bisa dengan bebas ketemuan seperti anak sekolahan pada umumnya. Jangan harap ada kisah versi Dilan pada kehidupan realita anak pesantren. Sekiranya ada juga versi, pasti itu "Dilanjurkan".
Mendeskripsikan kehidupan santri dalam film layar lebar yang mengilustrasikan santri memiliki hubungan kedekatan dengan lawan jenis jelas menunjukkan ketidakpahaman terhadap dunia pesantren itu sendiri.
Atau jangan-jangan ada upaya pengrusakan citra terhadap sistem pendidikan Islam kultural dengan melakukan penggiringan opini "jahat" "hidden conspiracy" terselubung atas nama kebebasan berkarya.
Kisah cinta santri tidak semua tentang kisah cinta antar lawan jenis, tapi kisah cinta para santri didominasi oleh kisah cinta pada ilmu pengetahuan, cinta pada sang guru, cinta pada ibadah, cinta pada berkhadam pada kyai.
Di sanalah para calon ulama, pemimpin umat dibina, termasuk kisah cinta mereka pun mulia, tanpa noda. Jika ada diluar kisah itu, maka jangan sebut dia sebagai The Santri.
Jadi jika para santri selalu berjalan menunduk, ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, menjaga pandangan, sebab mengamalkan ilmu. Kedua, mencari tahu siapa tahu ketemu uang yang tercecer di jalanan. Santuuy 🙂
Advertisement
1 komentar:
Bismillah..
Tulisannya bisa ngak saya post di mading kampus?
EmoticonEmoticon