Oleh: Ustadz Choiril Alam
اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus,"
(Qs. Al-Fatihah [1]: 6)
Kenapa sih menggunakan kata ihdinaa, beri kami petunjuk? Kok gak ihdinii, berilah petunjuk kepada saya?
Naa di sini artinya jamak, bukan kepada kita saja, tetapi kepada kami. Kami ini siapa? Kami ini bisa kepada tetangga kita, kepada saudara kita, teman kita di kantor, kepada sahabat kita, bisa juga kepada non Muslim.
Supaya apa? Supaya mereka diberikan petunjuk.
Kok kepada non Muslim? Konsepnya, kita itu, semua manusia berasal dari Tuhan yang sama kan? Maka kalau kita sudah mendapatkan petunjuk dan Allah sudah memberikan rahmat itu, nikmat itu, maka kita mintakan juga untuk saudara-saudara non Muslim juga mudah-mudahan mereka mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar juga.
Ini konsep yang harus kita tanamkan dengan benar. Jadi agama itu bukan menang-menangan. Agama bukan egois-egoisan; hanya saya saja yang mendapatkan petunjuk, orang lain jangan mendapatkan petunjuk. Bukan seperti itu.
Advertisement
EmoticonEmoticon