Sudah lama #uas dibidik. Berapa kali beliau di persekusi? Tak terhitung. Yang paling kita ingat saat beliau dipulangkan secara tidak hormat saat baru menginjakkan kaki di bandara Hongkong. Yang tak kalah menghinanya, saat beliau digeruduk di Bali dengan parang dan senjata tajam.
Apa UAS marah? Tidak! Beliau malah menyuruh kami bersabar. Dan tak satupun kami terpancing. Meski ulama kami dicaci maki dan dipermalukan sedemikian rupa, karena kami juga menghormati himbauan mereka agar kami tetap bersabar.
Kali ini mereka kembali membidik beliau. Bahkan ramai caci maki kepada beliau. Tak hanya di medsos dan channel-channel YouTube milik para pendeta dan para pengusung liberalisme, namun juga di grup-grup WhatsApp.
Bagi kami ini sudah diluar batas kesopanan. Dari tanggapan UAS tentang kasus ini pun kami bisa menyimpulkan kalau beliau sangat geram dan marah. Kami bisa menangkap kesan itu dan kami sangat memahami.
Kalau orang kafir benci dengan UAS itu hal biasa. Bahkan berpahala menurut mereka. Tapi kalau orang Islam ikut benci dan memusuhi bahkan mencaci beliau maka itu tanda kemunafikan. Mereka itulah kaum #setengah. Setengah beriman dan setengah kafir. Beriman enggan, kafir pun tak mau.
Mereka selalu berusaha berada di tengah saat konflik antar umat Islam dan orang kafir terjadi. Kata Al Qur'an:
لا إلى هؤلاء ولا إلى هؤلاء...
Tidak ikut sana dan tidak ikut sini. Netral, kata mereka.
Menurut mereka, UAS tidak hanya melanggar hukum negara namun juga melanggar QS: Al An'am: 108.
Bukankah di ayat tersebut, jelas-jelas Allah melarang umat Islam mencaci maki berhala dan patung, kata mereka.
Saya bilang: "iya betul. Gak ada yang salah dengan ayat itu. Tapi yang salah itu motivasi mu saat mengutip ayat itu. Kalian kutip ayat Al Qur'an saat kalian butuh, namun kalian mencampakan-nya saat kalian tak butuh. Bahkan kalian pernah membela mati-matian orang yang menghina Al Qur'an".
Saat itu kalian bilang; "Tuhan tak perlu dibela". Kenapa sekarang kalian membela tuhannya kaum Nasrani?
Kalian itu tak hanya hati yang setengah isi, namun otak juga setengah. Mudah lupa dengan ucapan sendiri. Hari ini bilang boleh, besok bilang tidak boleh dalam perkara yang sama.
Lagian, UAS tidak mencaci-maki berhala dan patung. Apa pula untungnya mencaci maki benda mati. Tak ada manfaatnya sama sekali.
Heran pula, kenapa kalian lebih ramai daripada kaum Nasrani sendiri? Kalian ini sebenarnya siapa? Muslim atau Nasrani atau tidak beragama?
Sudahlah, jangan menyulut api dalam sekam! Jangan provokasi terus umat ini!
Saya berharap orang-orang Nasrani pun tak perlu baper dengan isi pengajian orang Islam. Sudah jelas UAS itu ulama Islam, kenapa pada nonton video dan mendengarkan ceramahnya. Kalau mau masuk Islam, kami siap bantu.
Saya kalau buku YouTube tak pernah mau lihat ceramah para pendeta. Tak ada hubungannya dengan hidup saja. Toh sudah jelas, kita berbeda keyakinan. Lakum dinukum waliyaddin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Kalau kaum Nasrani menganggap kami domba-domba yang tersesat, kami tak pernah tersinggung. Kami hanya tersenyum.
Namun tentu kami berkata dalam hati:
"Domba kok bisa mengusir penjajah?
Bisa mendirikan pesantren, sekolahan, Baitul mal? Bahkan ada yang jadi presiden".
Suhari Abu Fatih
Pelayan Mahad Alfatih
Advertisement
EmoticonEmoticon