SECERCAH HARAPAN NILAI KEADILAN DENGAN KEAGUNGAN AYAT AL-QUR'AN
Oleh: Ust. Miftah el-Banjary
Berlangsungnya sidang Sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi selama beberapa hari ini, telah benar-benar menyedot energi dan perhatian besar publik yang hampir disaksikan seluruh rakyat Indonesia yang menantikan keadilan ditegakkan di negeri ini.
Pada sesi akhir persidangan, ada pemandangan yang agak menarik ketika terjadi perdebatan para pakar hukum tentang teori landasan hukum sengketa Pemilu dan Pilkada serta beberapa kasus di beberapa daerah, juga landasan teoritis hukum perdata secara ilmiah berdasarkan kepakaran keilmuan masing-masing.
Dari sini saya mulai melihat adanya upaya mencapai kejujuran ilmiah, meski berbagai pihak berusaha mencari dalil argumentasi demi pembenaran terhadap pandangan dan teorinya. Namun, dari sini ada secercah harapan keadilan secara pendekatan ilmiah.
Lebih menariknya, pada kesempatan closing statement kuasa hukum kubu BPN menutup dengan pembacaan ayat al-Qur'an pada surah an-Nisa ayat 135:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَن تَعْدِلُوا ۚ وَإِن تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." [Qs. an-Nisa: 135]
Mengejutkan, ternyata pesan Qur'aniyyah tersebut direspon oleh pihak Hakim MK yang diwakili oleh yang mulia Bapak Anwar Usman yang mengakhiri serangkaian prosesi sidang itu, pada hari Jum'at, 21/06/2019 pada pukul 22.18 Wib itu pun juga mengutip serta menegaskan pesan al-Qur'an pada surah An-Nisa ayat 58:
وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
"... dan jika kalian memutuskan perkara diantara manusia, maka putuskanlah perkara dengan adil.." [Qs. An-Nisa: 58].
Demikianlah, ayat yang dikutip oleh Ketua Hakim MK yang Mulia Anwar Usman sembari menekankan bahwa para Hakim pasti memutuskan berdasarkan nilai-nilai keadilan yang juga dilandasi oleh nilai-nilai spritualitualitas.
Sayangnya, pihak terkait KPU atau Bawaslu, maupun pihak kuasa hukum TKN, sama sekali tidak mengutip satu potongan ayat al-Qur'an pun dalam closing statement mereka.
Sungguh, sangat disayangkan, karena publik juga mungkin berharap ada pesan nilai spritualitas yang harusnya mereka sampaikan, tapi ternyata tidak tampak sama sekali.
Mengapa TKN, KPU dan Bawaslu tidak mengutip dengan kutipan ayat al-Qur'an?
Mengapa justru tim kuasa hukum dari BPN dan perwakilan Hakim MK yang menutup closing statement dengan kutipan al-Qur'an?!!
Tentu, kita tidak ingin berspekulasi!
Tapi bukankah kutipan ayat al-Qur'an bisa menjadi sebuah pesan semiotika "keadilan langit" untuk mengingatkan serta menyadarkan kembali pada tujuan akhir yang ingin dicapai, yaitu keadilan nilai universal.
Secercah harapan pesan surah an-Nisa tersebut semoga bisa menjadi satu pesan semiotik hukum keadilan langit yang kita ketuk dan sepatutnya juga harus dibumikan di negeri ini, tanpa pandang bulu dan pandang kekuasaan.
Dan dengan kutipan surah an-Nisa yang telah dikutip tersebut oleh Ketua Hakim MK, boleh jadi telah menegasikan satu pesan tentang harapan keadilan yang putusannya, bukan saja harus dipertanggungjawabkan di dunia, tapi juga di akhirat, bukan saja harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.
Siapa pun itu, keadilan haruslah menjadi panglima tertinggi. Kita hanya berharap para Hakim MK dapat menegakkan keadilan itu di negeri yang kita cintai ini.
Terakhir, saya ingin mengutip pernyataan Sayyidina Ali ra "Keadilan itu mahal dan haruslah dibayar mahal." Wallahul muwaafiq ila aqmaawit thaariq.
Advertisement
EmoticonEmoticon