Usai Maghrib berjamaah, lelaki berbadan besar itu menghampiri saya. Dia mengucap salam, mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman, dan memberi kode agar jalannya diperlambat.
Kami pun bertukar senyum, kemudian lelaki yang rambutnya cepak ini mulai berkata, "Pak, 3 lalu tahun kita pernah bertemu. Saya mau mengucapkan terimakasih. Bapak punya jasa besar dalam kehidupan saya."
Dahi saya berkerut. Mencoba mengingat-ingat perjumpaan dengannya 3 tahun yang lalu. Saya mengangguk, agar ia melanjutkan kisahnya.
"Waktu itu saya hampir hancur. Keluarga berantakan. Terancam cerai. Terancam digugat dan diteror oleh keluarga pejabat yang saya zhalimi. Kemudian," lelaki ini berhenti sejenak, mengatur nafas.
"Kemudian," ulangnya, "saya mendatangi bapak, bercerita, dan bapak memberikan solusi." tambahnya.
Sementara itu, otak saya masih sibuk mengingat momen 3 tahun lalu bersamanya. Memang lupa, tetapi mulai ada bayangan.
"Bapak sampaikan agar saya bertaubat, mengamalkan dzikir, minta maaf ke istri dan orang tua, dan selalu pamit ke istri dan orang tua saat akan berangkat kerja." ucapnya lancar.
Dia mengaku menjalankan semua yang saya sarankan. Shalat tepat waktu, dzikir tanpa henti, baik kepada pasangan dan orang tua, serta amalan lain seperti sedekah.
"Alhamdulillah, Pak. Semuanya mujarab. Awalnya saya pesimis. Bulan pertama mengamalkan, bapak saya meninggal dunia. Tapi setelah itu, Allah berikan saya ketenangan untuk istiqomah. Tak pernah sehari pun saya berangkat kerja kecuali pamit kepada istri dan ibu. Selalu. Setiap hari." tambahnya.
Di ujung pengakuan, ia makin bersyukur lantaran diberi bonus dari Allah. Bukan hanya keluarga dan aibnya yang diselamatkan, tetapi juga dinaikkan posisi duniawinya.
"Saya benar-benar berterima kasih. Tapi gak bisa memberi balasan apa-apa kepada bapak. Aib saya tertutupi. Keluarga pejabat tak jadi menggugat. Saya malah terpilih untuk ikut promosi kenaikan jabatan. Terimakasih banyak, Pak. Bapak punya jasa besar dalam kehidupan saya." katanya bersalaman, kemudian pamit.
Sahabat Majelis Keluarga Indonesia, laki-laki dalam kisah ini mengalami masalah yang berat. Ia berzina dengan istri pejabat di kecamatannya tinggal. Sang istri bersiap pergi setelah tahu ia berzina, keluarga pejabat bersiap menghancurkan karirnya.
Tapi Allah Mahakuasa. Allah Maha Melihat. Semoga kebaikan yang diterima laki-laki ini lantaran kesungguhannya dalam bertaubat kepada Allah Ta'ala juga karena niatnya untuk memperbaiki hubungan dengan bapak dan ibu yang di ridhonya ada Ridho Allah Ta'ala.
Sudahkah kita menjadikan ridho orang tua sebagai prioritas dalam hidup? Kapan terakhir kali menelponnya untuk meminta izin saat akan berangkat kerja sebagaimana dahulu meminta izin saat akan berangkat sekolah?
Ya Allah, sayangi ibu dan ayah kami. Ampunilah dosanya dan dosa kami.
Sepenuh cinta untuk Majelis Keluarga Indonesia,
@pirmanbahagia
_____________________
KULIAH ONLINE MAJELIS KELUARGA INDONESIA (MKI)
🔹Klik link nya:
https://t.me/MajelisKeluargaIndonesia
🔹KELAS KHUSUS Whatsapp Grup bersama Babeh Haikal Hassan
Hubungi: @seloruwandanu
🔹Donasi untuk Rumah Tahfidz Yatim dan kegiatan MKI
BNI syariah No Rek 0432 5843 69 an. Kholis Bahtiar Bakri
Advertisement
EmoticonEmoticon