Ayah Harun Rasyid, Didin Wahyudin menceritakan kebiasaan positif anaknya semasa hidup. Kebiasaan inilah yang membuat orang tua dan guru-guru Harun mengalami kesedihan mendalam.
"Mereka (para guru) merasa kehilangan bahkan ada yang menangis-nangis sampai mengantar ke pemakamannya." kata Didin saat diwawancarai di Komnas HAM seperti dilansir Indonesia Inside.
Relijius
Harun, tutur Didin, merupakan sosok yang relijius. Selain menjadi tim hadhrah termuda, Harun juga pernah juara lomba adzan.
"Harun juga pernah juara lomba azan." kata Didin.
Supel
Meski menjadi anggota termuda di tim hadhrah, Harun disayang oleh semua anggota hadhrah lainnya. Alasannya, Harun supel dalam bergaul.
"Harun anak paling muda di tim (hadrah) itu, yang lainnya di atas dia semua (umurnya). Mereka semua sayang sama Harun karena anaknya supel,” lanjut Didin.
Suka Bercanda
Ketika di rumah, Harun merupakan sosok yang suka bercanda dengan ibunya. Sifat inilah yang membuat ibunya merasa sangat kehilangan.
"Kalau di rumah, dia suka jail (iseng) sama ibunya. Isengnya itu sampai kebawa ke sekolah. Tapi bukan iseng yang jahat, ya begitulah seperti anak lainnya senang bercanda,” tutup Didin.
Harun Rasyid merupakan remaja 15 tahun yang menjadi korban kerusuhan 21-22 Mei 2019 lalu. Orang tua Harun mendatangi Komnas HAM untuk menuntut keadilan dan memohon perlindungan karena adanya tekanan. [Tarbawia]
Advertisement
EmoticonEmoticon