Sandi seperti tak lelah. Suami dari Nur Asia ini berjuang sejak pagi buta hingga dini hari pada hari berikutnya. Berkeliling dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya.
Ia meninggalkan kasur empuk dan ruangan berpendingin demi menyapa rakyat. Demi merasakan detak jantung dan peluh keringat warga tak berdaya.
Dalam setiap harinya, Sandi mengunjungi lebih dari 8 lokasi. Sejak pagi buta lepas shalat Subuh, lari pagi, sarapan bersama rakyat, hingga malam hari bertemu para millenials.
Sandi menyapa semua emak-emak. Menyemangati anak muda. Mendorong para kepala keluarga agar terus berjuang demi anak, istri dan keluarganya.
Tak satu pun kalimat cacian keluar dari mulut Sandi. Padahal dirinya kerap dibully Sandiwara Uno, Anak Mamih, bahkan fitnah yang lebih jahat dari itu.
Sandi hanya tersenyum. Memang senyumnya manis, kecuali bagi para makhluk pembencinya. Sandi tegas menyatakan, "Berpolitik jangan baperan."
Maka mustahil rakyat mendengar Sandi menyatakan kalimat buruk. Semisal "Akan Saya Lawan," dan lain sebagainya. Mengapa? Sebab Sandi Salahuddin, bukan Jaenudin.
Sikap inilah yang membuat lawan politik kehabisan cara. Laki-laki ini benar-benar lembut, tegas, dan merdeka. Wajar jika di setiap kampanye, rakyat menyaksikan matanya basah saat menerima sumbangan dari warga, mendengar keluhan, juga doa para ulama.
Mengapa menangis? Jelas saja, batinnya terkoyak. Ia yang seharusnya memberi dan bukan kebiasaannya menjadi penerima. Tapi dia sudah berikan semuanya. Semua harta ia serahkan di jalan perjuangan. Ialah satu-satunya sosok yang paling besar sumbangannya untuk perjuangan menuju Indonesia Menang, Indonesia Adil dan Makmur.
Sandi terenyuh hatinya melihat ketulusan rakyat. Mereka yang pekerjaan dan penghasilannya tak jelas rela dan berani menyumbang karena meyakini bahwa Sandi bisa membawa negeri ini lebih baik lagi.
Seperti itu pula yang terjadi di Taman Buah Mekarsari, Cileungsi dalam Bogor Bermunjat, Rabu (3/4/19). Sandi menerima seplastik uang dari rakyat untuk perjuangan menuju Indonesia Adil dan Makmur.
Tapi jangan salah, meski kalem dan santun, Sandi punya jurus pamungkas untuk mengusir Genderuwo Sontoloyo yang kerap menganggu dan banteng yang sering membuat rusuh.
Jurus berupa kalimat suci nan sakti itulah yang dilantunkan Sandi bersama ribuan warga dalam Bogor Bermunajat.
"Hasbunallahu wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir, la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim."
Jika Anda membaca tulisan ini sampai kelar, selamat karena Anda bukan Genderuwo.
Pirman
Pecinta Keluarga Sejati.
Advertisement
EmoticonEmoticon