Sejak Subuh, kawasan Jabodetabek diguyur hujan lebat. Semakin melengkapi kemalasan dan santai lantaran akhir pekan. Enaknya di rumah bersama keluarga sambil menikmati kopi.
Tetapi aneh. Ada ribuan masyarakat yang memilih keluar rumah. Menerjang hujan. Beramai-ramai. Didominasi oleh emak-emak dan kaum muda yang segar stamina dan pemikirannya.
Mereka berbondong-bondong. Ramai sekali. Jalanan penuh. Dua penuh. Di pusat Ibu Kota.
Emak-emak itu berbahagia. Senyumnya menunjukkan kualitas hidup dan harapan akan masa depan cerah. Bahagia karena bersyukur. Bahagia karena harapan pemimpin baru, menggantikan Presiden kagetan.
Mereka berbaris rapi. Ada jaraknya. Setengah lengan. Karena kalau satu lengan, ya gak cukup tempatnya. Kan sudah bolak balik dikasih tahu, satu tak akan pernah cukup untuk negeri sebesar Indonesia ini.
Ribuan masyarakat yang berbaris di bawah ini mengikuti komando dari instruktur di atas panggung. Agar sejalan. Agar searah.
Mereka sudah muak dengan kebijakan tak searah, saat Pemimpinnya bilang bebaskan Kiyai Ba'asyir, tetapi anak buahnya membatalkan. Dan beneran batal hanya dengan modal konferensi pers.
Nah, emak-emak dan anak muda ini benar-benar bahagia. Sebagian mereka berkerudung. Bergerak ke kanan ke kiri, ke depan ke belakang.
Dua tangannya di angkat. Masing-masing mengacungkan dua jari. Meliuk-liuk santai. Sembari bernyanyi dengan semangat.
"Indonesia, Prabowo. Indonesia, Sandi."
Terus menerus. Berulang-ulang. Ditingkahi sorak sorai. Ramai. Bahagia.
Kamera kemudian diarahkan ke panggung. Ada tulisan agak besar. Mau di bacakan?
"Senam dan Deklarasi Suata Kemayoran untuk Prabowo-Sandi."
Maka wajar jika kebahagiaan ribuan emak-emak ini membuat Genderuwo sontoloyo. Sebab hujan lebat saja berhasil mengguncang istana, apalagi kalau terang benderang.
Pirman
Pecinta Keluarga Sejati
Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia
Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:
Info Donasi/Iklan:
081391871737 (Telegram)
Advertisement
EmoticonEmoticon