Usai debat kedua yang pertemukan antara capres 01 dan 02, serangan dari 01 mulai dilancarkan. Modusnya usia. Bunyinya: Sandi diharapkan sopan saat debat cawapres.
Belum mulai tanding, lawan sudah diminta bungkam. Sudah yakin kalah atau memang sukar menemukan jalan menuju kemenangan?
Sandi kemudian menyambut pesan tersebut. Katanya kalem, "Debat bukan untuk menang-menangan, tapi mencari solusi."
Gelanggang politik pun mulai disenyapkan. Tak ada isu untuk dua cawapres. Sebabnya jelas, kalau mereka mulai memanasi, kemungkinan besar akan dihantam balik. Kan mereka pelanggan blunder dan ralat.
Tapi Sandi bukan anak kecil. Ia tahu saatnya diam dan santun. Ia juga paham bagaimana memenangkan kontestasi. Bagi pengusaha selayak Sandi; menang adalah perjuangan, menang adalah keniscayaan.
Maka ia dan timnya menyerang dengan sangat santun, tepat sehari sebelum debat. Ia meluncurkan Rumah Siap Kerja. Emang keren? Ya tergantung sudut pandang. Monyet aja gak suka kan kalau dikasih karangan bunga?
Rumah Siap Kerja ini menjadi bukti bahwa Sandi punya konsep. Ia membaca data, pengangguran di negeri ini amat tinggi. Dalam rilisnya, Sandi menyebut dengan jelas angka pengangguran di tiap provinsi.
Sandi sudah menghitung, jurus jitunya tak akan disamber media mainstream. Mereka lebih suka memberitakan laki-laki yang terpatil udang atau kaget karena nilai investasi di negara ini kecil, padahal dia pemimpinnya.
Tapi Sandi tak pernah pusing dengan itu. Dulu saja, rumah DP 0 dipandang sebelah mata. Tapi setelah berhasil, laki-laki berkemeja putih dari Solo itu mengikutinya.
Serangan lembut itu tunai dilakukan, Sandi melanjutkan ke jurus kedua: main basket bareng AHY.
Aduhai, tengkolah media sosial. Amati percakapan atas aksi dua ikon millenials ini di GOR Bulungan, Jakarta Selatan. Semua media sosial ramai komentar. Mulai dari yang memuji ketampanan sampai melontarkan tanya: Lah, Sandi kok sama AHY? Emang cawapres kubu sebelah gak diajak main basket?
Atau, "Ini basket beneran. Keringatnya jelas. Ngos-ngosan. Beda sama yang basket cuma dribel, kemudian difoto."
Mengapa basket dan AHY? Jelas saja, Sandi ingin mengirimkan sinyal: pilpres ini bagi saya main basket, santai, enjoy, dan menang.
Sedangkan bersama AHY, Sandi ingin menegaskan bahwa dirinya ingin merangkul semua pihak dan Demokrat sudah bulat mengutus AHY untuk berjihad bersama.
Sinyal-sinyal itu dilanjutkan dengan pernyataan-pernyataan santun ala sandi. Misalnya, saat mantan Wagub DKI ini berdiri di depan rumahnya dan menyampaikan dua hal.
Minta doa dari habaib, ustadz, dan ulama. Kemudian menegaskan bahwa dirinya akan menghormati kiyai.
Menjelang mulai, Sandi masih melancarkan kembali dua jurus jitu: menyambangi Kiyai Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i, meminta doa, shalat jamaah dan makan penuh berkah. Tak lupa, Sandi membumbui semuanya dengan romantisme: Dipakaikan jas oleh sang istri dengan tulisan yang membuat siapa pun baper, asal punya perasaan. Di balik layar, Sandi tetap mencium tangan lawan debatnya. Bolak-balik.
Ah, rasa-rasanya, sampai di sini saja Sandi sudah menang. Apalagi kalau dilanjut dengan: pembatalan UN, libur selama Ramadhan, guru honorer jadi pns, dan e-ktp untuk mengakses semua fasilitas dari negara untuk rakyat, tak perlu banyak kartu kalau faktanya malah berkhianat.
Tapi sayangnya, banyak polling menyatakan kubu sebelah unggul. Parameteranya apa ya? Jangan-jangan akun tuyul yang ikut polling.
Pirman
Pecinta Keluarga Sejati
Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia
Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:
Info Donasi/Iklan:
081391871737 (Telegram)
Advertisement
EmoticonEmoticon