Masyarakat Bojonegoro pendukung Sandi |
Sandi di Bojonegoro setelah dari Tuban, Jawa Timur. Pada pagi Jum'at (15/2/19) yang diberkahi, Sandi dan timnya menyehatkan fisik dan pikiran dengan lari pagi.
Bagi Sandi, lari tak sekadar olah fisik. Lari juga menjadi jurus andalannya sejak jadi pengusaha. Kata Sandi, dengan berlari ia bisa melihat langsung kondisi masyarakat. Ia tak mau hanya membaca atau mendengar laporan dari staff, tapi melihat langsung.
Soal stamina Sandi ini, jangan diragukan. Saya punya kawan Caleg di daerah Gresik. Saat itu, fotonya viral karena terlihat berlari bersama Sandi. Tapi di grup, dia berkisah. Agak lucu.
"Staminanya luar biasa untuk seusia beliau. Itu saya gak kuat nemenin. Sebelum rehat, saya ajak foto dulu." kata kawan saya yang berkomitmen serahkan 100% gajinya kepada rakyat jika terpilih sebagai aleg DPRD Gresik ini.
Nah, tatkala Sandi sedang asyik berlari sambil berdzikir dan mikir, ada secuil orang. Benar-benar secuil. Bukan sekelompok ya. Secuil.
Mereka sudah tua. Umurnya bisa ditebak dari tampangnya. Tampaknya juga, mereka bukan orang mampu. Bukan apa-apa, ini hanya berdasarkan analisis saja. Kalau gak percaya, cek sendiri ke Bojonegoro. Tapi jangan kaget kalau tiket pesawat mahal ya.
Secuil orang itu memegang spanduk. Bahasa tubuhnya gugup. Bahkan saat Sandi menghampiri, mereka tampak bingung bin salah tingkah.
Kenapa mereka bingung? Karena petugas (partai). Gak bebas. Bingung ketika kenyataan di lapangan tak sesuai dengan contekan visi misi yang sudah disiapkan.
Berbeda dengan Sandi yang bebas, merdeka, ganteng, juga kaya. Maka Sandi menghampiri mereka yang menghadang sembari berteriak ini.
Sandi mengalungkan surban warna putih kepada satu penghadang, kemudian menjabat erat tangan mereka. Eh bukan sekadar dijabat, tetapi digenggam. Erat. Tanpa ragu.
Ini jurus pertama Sandi. Alhasil, penghadang itu salah tingkah. Keki. Persis seperti menantu yang bangun siang, eh di ruang tamu ada bapak-ibu mertuanya.
Lepas itu, Sandi salami satu-satu. Sambil senyum manis dengan wajah cerah. Kok cerah? Karena bukan pembohong, jadi bebas. Beda dengan yang bilang bantuan korban bencana cair dalam sepekan, tapi berbulan-bulan belum beres semua.
Sandi kemudian mengeluarkan jurus maut keduanya. Dua tangan dinaikkan, memberi komando, wajahnya sedikit mendongak ke atas.
"Gak apa-apa. Gak apa-apa. Yang penting damai, akur." kata Sandi, santun.
Telak, C*k! Di skenario, Sandi diharapkan terprovokasi. Dengan demikian, serangan akan dialamatkan bertubi-tubi selama 8 hari 8 malam.
Padahal, mereka sudah melakukan pra kondisi sejak Sandi obrak-abrik kandang Banteng di Brebes, Tegal, dan Pekalongan dilanjutkan dengan bullyan anak mami.
Akhirnya, penghadangan terhadap Sandi makin membuat mereka panik. Kemarin Prabowo merajai timeline, hari ini Sandi kembali naik ke perbincangan publik.
Eh belum kelar, sore ini (Jum'at, 15/2/19), Prabowo akan live Pidato Kebangsaan soal Swasembada Energi, Pangan dan Air.
Jangan nonton di media mainstream. Gak akan ada. Adanya cuma bapak-bapak berkemeja putih yang hingga kini tak kelihatan otaknya. Yaiyalah, otak kan ketutup tempurung kepala, mosok ditutupi isu korupsi 5,8 triliun oleh kader Banteng.
Pirman
Pecinta Keluarga Sejati
Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia
Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:
Info Donasi/Iklan:
081391871737 (Telegram)
Advertisement
EmoticonEmoticon