Saweran Sukarelawan
“Bror, pokoke nek cair, bagi-bagi, ya!” ujar seorang teman. Entah serius atau sekadar bercanda.
Begitulah saya yakini dugaan hampir semua orang, bahwa kalau kita terlibat pada tim pemenangan atau kampanye seorang kontestan pemilu, dipastikan bahwa kita akan mendapatkan duit. Bahkan duit banyak! Terlebih kalau kontestan tersebut adalah capres atau cawapres.
Sampean salah, Cak! Baiklah, saya cerita, ya. Ini pengalaman saya. Masing-masing kita punya pengalaman yang mungkin berbeda. Tapi mungkin juga sama.
Pada acara Aktualisasi Resolusi Jihad di Jombang Oktober yang lalu, karena saya tinggal di Malang, maka saya bertugas mendatangkan santri dari Malang ke Jombang. Kami ditarget 10 bus.
Ceritanya, sampai H-1, panitia belum memberi kami duit untuk sewa bus. Padahal bis harus segera dilunasi. Minimal uang muka dulu. Jadilah kami sendiri yang ngeluarin duit dua puluh juta, hanya untuk DP. Sedang sisanya, harus dibayar sebelum keberangkatan.
Baiklah, toh nanti uang akan diganti. “Iki duweke bujoku lho, Gus. Pokoke nek engkok gak Sampean lironi, iso-iso aku gak di-ijini kawin maneh!” kata saya pada Ketua Panitia.
Singkat cerita, terbayarlah 10 bus. Tapi ternyata, ada tambahan massa (santri) dua bus lagi. Jadilah, uang dua puluh juta yang harusnya saya ambil kembali, dipakai lagi untuk bayar dua bus tambahan. Plus uang sopir, parkir dan tambahan-tambahan lainnya.
Parahnya lagi, setelah selesai acara di Jombang, kami diarahkan untuk berangkat langsung ke Surabaya. Otomatis terjadi tambahan biaya sewa bus. Nah, akhirnya semua uang dua puluh juta itu semua terpakai lagi.
Begitu juga untuk kegiatan Mas Sandi selama tiga hari di Malang. Setahu dan seingat saya, kami sampai sekarang tidak (belum) menerima sepeser pun dari Mas Sandi atau timnya, untuk mengelola semua jadwal dan acara. Ini serius lho, suer!
Coba kita hitung, ya..
.
Untuk kamar hotel selama dua malam sebanyak 34 kamar.
Satu pertemuan dengan kiai-kiai kampung, bertempat di gedung pertemuan hotel, plus makan dan lain sebagainya.
Acara senam bersama Sandi. Kita sewa tempat, bayar instruktur dan MC.
Peresmian Rumah Pemenangan Prabowo-Sandi. Seribu lebih peserta yang hadir, alhamdulilah kebagian makan semua.
Acara Maulid Akbar. Kita bayar panggung, sound system, terop dan lain sebagainya. Walau kemudian acara ini batal, karena lapangan banjir hingga di bawah lutut, setelah lokasi diguyur hujan seharian. Tapi semuanya kan sudah kita bayar.
Makan malam, makan siang dan makan pagi.
Transport wira-wiri, beli bensin, bayar transportasi online, pulsa, kuota data dll.
Ini tidak dihitung kalau seandainya semua kiai yang kita kunjungi harus kita sangoni. Katakanlah 10 sampai 50 juta. Begitu juga kalau ribuan massa yang kita datangkan, mereka harus kita bayar, katakanlah 50 sampai 200 ribu. Belum lagi makan mereka semua.
Tapi, alhamdulilah, untuk hal yang saya sebut terakhir, semuanya tidak kita bayar. Karena kita mendatangi kiai yang benar-benar tulus ingin mendukung Prabowo-Sandi. Begitu juga dengan orang-orang yang datang pada setiap acara. Kita mengundang mereka yang memang pendukung asli. Bukan seakan-akan pendukung, yang datang hanya karena dibayar!
Lantas kenapa saya dan teman-teman mau melakukan semua itu? Torok duwek, rugi waktu, capek fisik dan pikiran? Belum lagi kalau harus menerima caci maki? Jawabannya, kita ini Sukarelawan!
Karena kita suka (cinta), maka kita rela melakukan apa saja untuk orang yang kita suka. Maka, kalau ada sukarelawan di kubu mana saja, menjadi sukarelawan sekedar cari duit, percayalah bahwa yang bersangkutan tidak lebih mulia dari para penjual diri! [Abrar Rifai]
Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia
Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:
Info Donasi/Iklan:
085691479667 (WA)
081391871737 (Telegram)
Advertisement
EmoticonEmoticon