Dengan semangat dan niat agar masyarakat tidak terkena musibah alias bencana, DPW Front Pembela Islam (FPI) Banyuwangi melakukan aksi ini di Banyuwangi, Jawa Timur.
"Itu pernyataan sikap kami. Maksudnya adalah kami mengingatkan agar kita tidak diazab oleh Allah karena mengumbar kemaksiatan seperti itu. Kejadian bencana di Palu harus menjadi cermin bagi kita warga Banyuwangi," kata Ketua DPW FPI Banyuwangi H Agus Iskandar seperti dilansir detik.
Pernyataan Agus Iskandar ini membenarkan surat No. 0003/SK/DPW-FPI Banyuwangi/II/1440 Tertanggal 11 Oktober 2018 yang berisi penolakan terhadap kegiatan Festival Gandrung
Sewu 2018 di Banyuwangi.
Agus menjelaskan, pihaknya hanya mengingatkan kepada pihak pemerintah Banyuwangi. Meski berharap sepenuhnya agar penolakan diperhatikan pemerintah Banyuwangi, pihaknya mengaku menyerahkan keputusan kepada yang berwenang.
"Kami hanya mengingatkan. Soal diterima atau tidak ya terserah." terangnya.
Tindakan penolakan yang dilakukan oleh FPI ini bercermin pada beberapa musibah dan bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini. Ia mengambil contoh gempa, tsunami, dan likuifaksi di Sulawesi Tengah yang terjadi sebelum pembukaan festival adat Palu Nomoni.
Dalam kacamata Islam, pesta yang melibatkan arwah leluhur bermakna kesyirikan. FPI berpendapat, kemaksiatan yang dilakukan bisa menjadi sebab turunnya peringatan berupa siksa atau sering disebut azab.
Festival Gandrung Sewu sendiri, sudah dilakukan sebanyak 7 kali di Pantai Boom, Banyuwangi. Festival ini melibatkan 1300 penari yang akan menarikan tarian khas Banyuwangi, Gandrung. [Tarbawia]
Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia
Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:
Info Donasi/Iklan:
085691479667 (WA)
081391871737 (Telegram)
Advertisement
EmoticonEmoticon