Nasi Kuning (ilustrasi) |
Nasi kuning seharga 3.000 rupiah per porsi di Ibu Kota Jakarta bisa dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil. Namun, fenomena ini nyata. Viral. Berikut ini fakta-fakta mencengangkan terkait gerakan yang ternyata dicetuskan oleh seorang mualaf.
Mualaf
Warung nasi kuning 3.000 rupiah per porsi ini dicetuskan oleh seorang mualaf bernama Muhammad Yusuf Hamka. Warung nasi kuning Podjok Halal dibuka sejak 6 Februari 2018 di Jakarta Barat tepatnya di Jalan Hayam Wuruk di bawah jembatan penyeberangan Olimo.
Dalam waktu dekat, Hamka akan membuka warung nasi kuning Podjok Halal di dekat Gedung KPK, Pejaten Barat dan Jakarta Timur.
"Insya Allah, lima wilayah di Jakarta pada tahun ini bisa kita buka semua." kata Hamka bercerita.
Jika respons masyarakat antusias, pihaknya mengaku siap membuka di berbagai wilayah di Jabodetabek dan seluruh Indonesia.
Modal Lebih Besar
Hamka mengaku membeli nasi kuning dengan harga 10.000 sampai 12.000 rupiah per porsi dan menjualnya dengan harga 3.000 rupiah per porsi. Ia melakukan itu sebagai wujud syukur atas karunia Yang Mahakuasa.
"Ini bentuk rasa terimakasih saya kepada Tuhan dan bentuk rasa terimakasih saya kepada Indonesia." tegasnya.
Sampai Kenyang
Sisi menakjubkan lainnya dalam warung nasi kuning Podjok Halal adalah pelanggan bisa makan sekenyangnya. Tak ada batasan porsi karena makan pun menggunakan piring dari kayu rotan layaknya prasmanan.
Untuk Semua
Hamka juga menyatakan, yang datang ke warungnya bukan hanya kalangan miskin. Banyak juga orang kaya yang ikut makan di warung nasi kuning Podjok Halal miliknya. Ia juga tidak membatasi etnis. Warung nasi kuning Podjok Halal ia dirikan untuk semua kalangan.
Pelajaran Ikhlas
Menurut Hamka, tarif 3.000 rupiah per porsi bukanlah patokan. Bahkan banyak yang digratiskan jika memang orang tersebut tidak mampu membeli.
"Kalau orang tidak mampu, kita gratiskan." terangnya.
Uniknya, kata Hamka, ada orang yang membayar 20 ribu, 50 ribu tanpa meminta kembalian. Bahkan pernah ada orang yang sekali makan memberi amplop sebesar 5 juta rupiah untuk donasi ke warungnya.
Hamka juga menceritakan beberapa orang yang terlihat kaya, tetapi tetap membayar 3.000 rupiah, sementara orang yang terlihat biasa saja membayar lebih banyak.
Ajak Pengusaha
Sebagai wujud syukur, Hamka mengajak para pengusaha untuk berdonasi di warung nasi Podjok Halal demi meringankan beban hidup masyarakat kurang mampu. Namun ia tidak membuat proposal karena niatnya murni berbagi, bukan meminta sumbangan.
Spirit Perbaikan Diri
Setelah mengetahui banyaknya karakter manusia yang datang ke warung nasi kuning Podjok Halal miliknya, Hamka mengaku banyak belajar dan kian bersemangat untuk memperbaiki diri.
"Saya belajar banyak karakter dan semakin bersemangat untuk memperbaiki diri." cetusnya.
Target Hidup
Warung nasi Podjok Halal merupakan salah satu mimpi Hamka untuk melakukan amalan yang optimla di bulan suci Ramadhan tahun ini. Ia menargetkan berbagi 1.000 porsi makan per hari selama bulan Ramadhan.
Namun Hamka berpikir, kebaikan tidaklah dibatasi pada bulan Ramadhan. Sehingga dirinya langsung melakukan eksekusi untuk membuka warung nasi kuning Podjok Halal.
"Kok berbuat baik saja harus nunggu Ramadhan. Kenapa tidak setiap hari? Insya Allah setiap hari saya mampu." tekadnya kepada diri sendiri.
Warung Nasi Kuning Hidupkan Ekonomi Umat
Hamka sengaja tidak menggunakan jasa catering dari kenalan-kenalan bisnisnya. Ia memilih berkeliling ke berbagai warung untuk membeli nasi kuning dengan berbagai jenis lauknya.
Langkah itu ditempuh agar dirinya tidak membunuh usaha kecil di sekitar warung nasi kuning Podjok Halal miliknya. "Kalau saya beli di katering, warung di sekitar warung saya bisa gak laku karena kita jauh lebih murah."
Jam Buka Warung Nasi Kuning
Warung nasi kuning Podjok Halal buka setiap hari dari jam 11.30 sampai 12.30 WIB, saat jam istirahat siang. Hamka mengaku, sering kali buka sampai jam 13.00 kalau masih ada pelanggan yang makan.
Di warung nasi kuning Podjok Halal, 3.000 rupiah bisa makan sepuasnya dengan pilihan lauk ayam, telor, sayuran, buah, dan air putih
Spirit Perjuangan
Selain sebagai wujud syukur kepada Allah, Hamka mengaku mengingat perjuangan yang dilakukan oleh ibunya.
"Ibu saya pedagang nasi kuning di Samarinda, waktu saya kecil. Saya suka jualan nasi kuning untuk bantu ibu saya." terangnya.
Namun ia memodifikasinya menjadi sebuah gerakan amal sebagai wujud syukur atas banyak nikmat Tuhan kepadanya. Menurutnya, rezeki bukan hanya uang. Bisa bernafas, mendengar, berbicara dan menggerak-gerakkan tangan dan kaki adalah nikmat.
"Saya diberi kenikmatan setiap hari, kenapa tidak berbagi setiap hari?" pungkasnya. [Tarbawia]
Advertisement
EmoticonEmoticon