Oleh: Abrar Rifai
Dimana-mana yang namanya orang pinter, terkenal dan mempunyai penggemar serta pengikut banyak seperti KH. Abdul Somad pasti akan banyak orang yang mencoba memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan. Kepentingan diri; nunut terkenal, kepentingan kelompok/ormas, kepentingan bisnis dan puncaknya adalah kepentingan politik.
Semua pemanfaatan terhadap fenomena UAS itu sudah mulai jelas terlihat. Bukan sekedar naga-naga dan indikasi lagi. Tapi, wajar saja hal tersebut. Tidak usah ada yang sensi atau marah-marah. Tinggal bagaimana sekarang UAS sendiri dan tim, menyikapi hal tersebut.
Kita berharap agar UAS tetap fokus pada apa yang menjadi konsen dakwahnya selama ini: Pencerahan, penyadaran, pendidikan dan persatuan.
Pencerahan. Sungguh banyak sekali orang muslim awam yang tadinya buta terhadap agamanya, mendapatkan pencerahan dari UAS melalui ceramah-ceramahnya. UAS menejelaskan dasar-dasar berislam dengan bahasa yang mudah dipahami, beserta selingan humor tepat yang digemari awam.
Penyadaran. Betapa selama ini sebenarnya ada banyak klaim kebenaran dari berbagai kelompok-kelompok dalam Islam. Dari Aswaja Nahdhiyah, Salafi Wahhabi, HTI Khilafah, PKS Tarbiyah dan lain sebagainya. UAS hadir mencoba menengahi dan mendudukkan semestinya. Tentu dengan sebatas yang beliau mampu.
Penyadaran tentang pentingnya ummat Islam berpolitik dan menduduki jabatan-jabatan strategis di negeri ini. Hal ini telah melecut orang-orang yang selama ini apolitis tersebab banyak prilaku politikus muslim yang brengsek, untuk kembali berkiprah politik. Entah sebagai pemilih atau yang dipilih.
Pendidikan. Bahwa berbagai kerusakan yang menimpa anak-anak muda Islam sakarang adalah tersebab salah didik. Pendidikan yang ada sekarang tidak cukup mengakomodasi muatan pendidikan agama. Makanya, dalam banyak kesempatan, UAS menuntut adanya pelajaran aqidah, akhlak, fiqih, alqur,an dan hadis di sekolah-sekolah formal pada setiap jenjangnya.
Persatuan. Ini adalah hal yang menjadi kristal sosok seorang UAS. Beliau begitu merindu ummat dan bangsa ini untuk bersatu. Ummat Islam bersatu dalam bingkai ukhuwah Islamiyah, dengan tanpa menafikan berbagai perbedaan furu’ di antara kita. Indonesia bersatu dalam bingkai NKRI, dengan tanpa menafikan berbagai perbedaan: agama, suku, bahasa, strata sosial dsb.
Maka, kepada semua pihak yang mencoba mengganggu konsen UAS, mohon tahan diri, sadar diri dan pahamilah bahwa kepentingan ummat jauh lebih harus didahulukan dari berbagai kepentingan diri dan kelompok. [Mbah Pirman/Tarbawia]
Advertisement
EmoticonEmoticon