Bagi orang yang tidak membaca sirah nabawiyah dengan cermat, mungkin akan berpendapat bahwa halaqah atau liqo’ itu sesuatu yang baru. Bahkan bid’ah.
Mari kita cermati lagi seluruh buku-buku sirah nabawiyah. Boleh Rakhiqul Makhtum yang ditulis oleh Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury; juara pertama lomba penulisan sirah nabawiyah sedunia yang digelar Rabithah Alam Islami. Boleh Fiqhus Sirah yang ditulis oleh Syaikh Ramadhan Al Buthi. Boleh Manhaj Haraki yang ditulis oleh Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban. Atau Sirah Nabawiyah yang ditulis Syaikh Ali Muhammad Ash Shalabi.
Di seluruh buku itu, kita akan menemukan setidaknya dua fakta menarik. Pertama, Rasulullah membina angkatan pertama para sahabat atau dikenal dengan istilah assabiqunal awwalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) di rumah Arqam bin Abi Arqam. Pembinaan di sana diikuti sekitar 40 orang. Dilakukan secara sembunyi-sembunyi hingga tak terdeteksi oleh orang-orang kafir Quraisy.
Kedua, selain pembinaan skala besar (bisa kita sebut halaqah kubra atau kataib), beberapa sahabat juga membuat halaqah kecil. Mereka yang telah mendapat pembinaan dari Rasulullah kemudian menyampaikan kepada sahabat lain yang belum mengikutinya.
Tentu kita hafal bagaimana kisah Umar bin Khattab masuk Islam. Awalnya ia ingin ke rumah Arqam bin Abi Arqam untuk mencari dan membunuh Rasulullah. Namun di tengah jalan, ia Umar bertemu Nu’aim bin Abdullah.
“Mengapa engkau akan membunuh Muhammad, padahal adikmu dan suaminya telah memeluk agama Muhammad?”
Bak petir di siang bolong, Umar sangat terkejut dengan informasi itu. Ia pun mengalihkan langkah ke rumah adiknya, Fatimah.
Di sana, ia mendengar suara indah lamat-lamat terdengar dari dalam rumah. Rupanya, Khabab sedang mengajarkan Al Quran kepada Fatimah dan suaminya. Umar sempat hendak merampas lembaran Al Quran itu dan sempat menampar Fatimah hingga berdarah. Namun ia kemudian kasihan kepada adiknya dan menuruti permintaannya untuk mensucikan diri.
Begitu membaca surat Thaha yang diberikan Fatimah, benih-benih iman dalam diri Umar berbuah. Ia berubah. Singkat cerita, Umar kemudian menghadap Rasulullah untuk masuk Islam.
Apa yang dilakukan Khabab ini juga halaqah. Dan bukan hanya mereka bertiga. Sahabat lain juga mengadakan pembinaan serupa. Sedangkan kelompok besarnya, dibina langsung oleh Rasulullah. Inilah halaqah-halaqah yang mampu membentuk para sahabat sebagai jailul qur’anil farid; generasi Qur’ani yang unik. Mampu mengemban dakwah dan memperjuangkan Islam hingga mencapai kemenangan gemilang. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbawia]
Mari kita cermati lagi seluruh buku-buku sirah nabawiyah. Boleh Rakhiqul Makhtum yang ditulis oleh Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury; juara pertama lomba penulisan sirah nabawiyah sedunia yang digelar Rabithah Alam Islami. Boleh Fiqhus Sirah yang ditulis oleh Syaikh Ramadhan Al Buthi. Boleh Manhaj Haraki yang ditulis oleh Syaikh Munir Muhammad Al Ghadban. Atau Sirah Nabawiyah yang ditulis Syaikh Ali Muhammad Ash Shalabi.
Di seluruh buku itu, kita akan menemukan setidaknya dua fakta menarik. Pertama, Rasulullah membina angkatan pertama para sahabat atau dikenal dengan istilah assabiqunal awwalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) di rumah Arqam bin Abi Arqam. Pembinaan di sana diikuti sekitar 40 orang. Dilakukan secara sembunyi-sembunyi hingga tak terdeteksi oleh orang-orang kafir Quraisy.
Kedua, selain pembinaan skala besar (bisa kita sebut halaqah kubra atau kataib), beberapa sahabat juga membuat halaqah kecil. Mereka yang telah mendapat pembinaan dari Rasulullah kemudian menyampaikan kepada sahabat lain yang belum mengikutinya.
Tentu kita hafal bagaimana kisah Umar bin Khattab masuk Islam. Awalnya ia ingin ke rumah Arqam bin Abi Arqam untuk mencari dan membunuh Rasulullah. Namun di tengah jalan, ia Umar bertemu Nu’aim bin Abdullah.
“Mengapa engkau akan membunuh Muhammad, padahal adikmu dan suaminya telah memeluk agama Muhammad?”
Bak petir di siang bolong, Umar sangat terkejut dengan informasi itu. Ia pun mengalihkan langkah ke rumah adiknya, Fatimah.
Di sana, ia mendengar suara indah lamat-lamat terdengar dari dalam rumah. Rupanya, Khabab sedang mengajarkan Al Quran kepada Fatimah dan suaminya. Umar sempat hendak merampas lembaran Al Quran itu dan sempat menampar Fatimah hingga berdarah. Namun ia kemudian kasihan kepada adiknya dan menuruti permintaannya untuk mensucikan diri.
Begitu membaca surat Thaha yang diberikan Fatimah, benih-benih iman dalam diri Umar berbuah. Ia berubah. Singkat cerita, Umar kemudian menghadap Rasulullah untuk masuk Islam.
Apa yang dilakukan Khabab ini juga halaqah. Dan bukan hanya mereka bertiga. Sahabat lain juga mengadakan pembinaan serupa. Sedangkan kelompok besarnya, dibina langsung oleh Rasulullah. Inilah halaqah-halaqah yang mampu membentuk para sahabat sebagai jailul qur’anil farid; generasi Qur’ani yang unik. Mampu mengemban dakwah dan memperjuangkan Islam hingga mencapai kemenangan gemilang. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbawia]
Advertisement