Masalah Rumah Tangga (ilustrasi) |
Kehidupan rumah tangga tidak selalu terasa bahagia, bungah, dan cinta. Rumah tangga tak selalu tentang senang, suka, dan ceria. Dalam banyak episode, rumah tangga juga harus melalui sulit nan rumit yang membelit.
Di sinilah banyak pasangan yang tak paham. Jika pun paham, banyak yang tidak siap menjalani kehidupan ini dalam satu paket. Bahkan yang siap pun kerap mengalami dinamika hebat ketika ujian rumit dan sulitnya rumah tangga di luar batas nalarnya.
Inilah yang menjelaskan, mengapa banyak perceraian terjadi. Mengapa janji Tuhan bahwa menikah melahirkan ketenangan serasa mustahil digapai.
***
Di awal pernikahan, seorang istri menerima suami apa adanya. Meski dalam kondisi tanpa pekerjaan yang jelas bahkan penghasilan jauh dari makna cukup untuk kebutuhan sehari-hari, wanita ini berbaik sangka kepada Tuhan. Ia berharap, mudah-mudahan setelah menikah ada banyak pintu rezeki yang Dia buka untuk mereka.
Sang istri melakukan apa yang ia bisa. Dengan sepenuh hati, ia mendukung usaha suaminya. Meski rumit dan pelik, ia tak pernah menyerah. Tak ada kata putus asa dalam kamus kehidupannya.
Singkat kata, suaminya berhasil atas dorongan dan dukungan penuh sang istri. Mereka berhasil mendapatkan kehidupan yang mapan. Semua tercukupi bahkan berlebih.
Ada yang berpikir, rumah tangga ini sudah usai. Tiada lagi ujian berat bagi keduanya.
Padahal, ujian terberat justru baru dimulai. Dengan fasilitas berlebih dan kerap mencicipi berbagai kenikmatan duniawi, sang suami justru tergoda dengan wanita lain. Sang suami benar-benar melakukan perbuatan tercela hingga rumah tangganya kembali berantakan. Rumit dalam episode yang berbeda dengan masalah di awal pernikahannya.
Jika akhirnya suami berbuat keliru seperti ini, buat apa sang istri berlelah-lelah mendukung usaha sang suami hingga mendapatkan kesuksesan?
Di sinilah rumitnya. Di sinilah peliknya. Di sinilah susahnya. Karenanya, rumah tangga merupakan bagian dari ibadah yang besar balasannya.
***
Tak hanya lelaki, para istri juga kerap terjerumus dalam kekeliruan serupa.
Di awal menikah, sang suami bukanlah apa-apa. Jangankan membeli beraneka rupa barang istimewa, cukup buat makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah.
Atas nama cinta, sang suami bekerja keras, siang-malam, tanpa kenal lelah. Hasil mustahil mengkhianati proses, lama kemudian, sang suami menggapai kemapanan ekonomi.
Tekadnya bulat. Niatnya jelas, ingin membahagiakan istri satu-satunya.
Berbagai fasilitas dia berikan kepada sang istri. Bukan hanya perawatan wajah, kulit, dan tubuh, sang suami juga memberikan kendaraan dan rumah. Atas nama cinta.
Banyak yang menilai, rumah tangga ini sudah usai. Mereka sudah bahagia. Tak ada lagi ujian yang perlu dikhwatirkan.
Padahal, sang suami menangis sepanjang malam tiada henti lantaran istrinya makin berani main belakang setelah diberi banyak harta. Bukan hanya menjalin hubungan dengan lelaki lain, ia bahkan sudah jauh melakukan zina yang terlarang dalam semua agama.
Jika tahu begini, buat apa sang suami lelah-lelah bekerja jika akhirnya dikhianati oleh istri yang diperjuangkannya?
Tapi lagi-lagi, di sinilah dinamikanya. Di sinilah serunya. Di sinilah terlihat jelas kualitas seorang hamba.
Ia tak akan dinaikkan derajatnya sebelum mendapatkan ujian. Tidaklah rumah tangga diganjari pahala yang besar, melainkan karena beratnya ujian di dalamnya.
Karenanya, jalanilah rumah tangga dengan niat yang ikhlas. Dengan niat beribadah. Dengan niat mengabdi kepada Allah Ta'ala dan menjalankan sunnah Nabi yang mulia.
Selebihnya, serahkan pada-Nya. Sungguh, Dia mustahil menzhalimi hamba-hamba-Nya. [Mbah Pirman/Tarbawia]
Advertisement
EmoticonEmoticon